PENDAFTARAN SMK DAN SMP KI HAJAR DEWANTARA TELAH DIMULAI, SILAHKAN DAFTARKAN DIRI ANDA SECEPATNYA

Selasa, 05 Juli 2011

Istana Kota Bahran, Potensi Wisata yang Tak Tergarap



Istana Kota Bahran
Istana Kota Bahran
Istana Kota Bahran, Potensi Wisata yang Tak Tergarap
Oleh: Deni Syafrizal Daulay
Sejarah kerajaan Indonesia di Sumatera Timur, sebelum masa revolusi sosial tahun 1946, merupakan tonggak sejarah bangsa bahwa Indonesia kaya akan ragam kebudayaan. Kerajaan-kerajaan itu merupakan satu kesatuan untuk memperkokoh jati diri bangsa. Kerajaan itu dipimpin oleh raja dan sultan yang membawahi tiga hal yakni pemimpin kerajaan, pemimpin agama, dan pemimpin adat.
Namun revolusi sosial tahun 1946 menghancurkan tatanan itu. Satu diantaranya kesultanan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Di mana peninggalan sejarah kesultanan di sana ditandai dengan Istana Kota Bahran sebagai simbol kejayaan peradaban melayu di Kotapinang.
Sejarah ini merupakan potensi wisata budaya. Sayangnya potensi itu tak tergarap, sehingga reruntuhan isatana itu hanya menjadi seonggok bangunan tua yang tak menghibur, saat warga melintasinya.
Sabtu (15/10) saya mengunjungi reruntuhan istana yang dihancurkan masyarakat pada masa revolusi sosial sekitar tahun 1946 itu. Tak banyak yang tersisa dari bangunan tersebut, kecuali sebagian dinding-dindingnya yang masih kokoh berdiri dan pondasi bangunan yang mulai keropos dimakan usia.
Saat memasuki kawasan istana yang terletak di Jl Ahmad Yani itu, kesan kumuh dan angker langsung terasa. Pemandangan itu kontras dengan bangunan perkantoran dan rumah milik masyarakat di sekitarnya.
Di sekeliling istana tempat almarhum Sultan Mustafa XII pernah bertahta itu, kini dirimbuni alang-alang yang menyemak hingga ke dalam bangunan. Di bagian depannya terdapat empat tangga menujulantai dua. Di antara tangga tersebut terdapat satu batu bundar berbentuk meja yang sudah keropos. Di tengah meja bundar berdiameter sekitar 45 cm itu terdapat sebuah pilar setinggi tiga meter. Tak jauh dari bundaran terdapat tangga menuju gedung bagian belakang. Namun tangga tersebut kini terputus.
Di bagian bawah bangunan tepatnya di bawah tangga utama terdapat lorong menuju ruangan utama dan belakang istana. Di gedung belakang istana terdapat sejumlah ruangan dan kamar-kamar. Sayangnya, seluruh bagian bangunan itu dipenuhi semak belukar sehingga sulit untuk dilalui. Di bagian dinding bangunan penuh coretan cat dengan kata-kata kotor. Bagian belakang istana yang menghadap ke selatan Kotapinang itu, penuh dengan tumbuhan pakis-pakisan dan pepohonan tua. Sementara di halaman sampingnya dimanfaatkan masyarakat sebagai tempat bermain dan lapangan olahraga.
Tak banyak catatan resmi tentang berdirinya Istana Kota Bahran. Namun sejumlah saksi sejarah meyakini istana tersebut dibangun pada masa pemerintahan Sultan Mustafa XII. “Dulunya istana itu sangat megah, namun karena dihancurkan kini kemegahan itu sudah tak tampak lagi,” kata Hj Tengku Aznah (78) tokoh masyarakat yang juga saksi sejarah saat istana tersebut dihancurkan 64 tahun silam.
Wanita yang mulai ujur itu mengatakan, dulunya istana Kota Bahran sangat megah. Di sekelilingnya terhampar rerumputan yang dipangkas rapi hingga ke gerbang istana. Kawasan perkantoran yang kini berdiri di sepanjang jalan menuju istana tersebut dulunya merupakan deretan pendopo-pendopo kecil. Di sejumlah sudut istana tersebut dulunya juga berdiri menara pemantau. Saat ini sisa menara pemantau tersebut masih ada dan berdiri kokoh tak jauh dari reruntuhan istana.
Nenek dari 17 cucu yang ikut ditahan saat terjadinya revolusi sosial itu mengatakan, istana Kota Bahran dulunya merupakan satu di antara istana kesultanan melayu di Sumatera Utara yang termegah. Sebab Kesultanan Kotapinang masa itu dikenal kaya. Desain istana tersebut merupakan perpaduan arsitektur melayu dan italy sehingga terkesan megah dan anggun.
Pembangunan istana Kota Bahran dilakukan pada masa kejayaan Kesultanan Kotapinang. Sebab selain memiliki kekayaan alam berlimpah, Kesultanan Kotapinang dulunya didukung sektor pertanian dan perkebunan yang baik. Keberadaan sungai Barumun juga menambah kemakmuran kesultanan tersebut. Seluruh komoditas yang dihasilkan kala itu langsung dapat dijual ke Malaka melalui Sungai Barumun. “Dulu seluruh sektor mendukung, makanya kesultanan masa itu sangat kaya. Dan cukup kaya dibandingkan kesultanan lainnya di Sumatera Utara,” kata dia.
Namun kini kejayaan itu terkikis, kemewahaan istana Kota Bahran tinggal reruntuhan saja. “Tahun 90-an pernah ada rencana pemerintah untuk memugar kembali bangunan itu, namun sampai kini realisasinya tak ada,” katanya.
Istana Kota Bahran saat ini lanjut dia, hanya jadi tempat pencarian harta karun sejumlah pemburu harta karun. Konon katanya, di dalam istana tersimpan harta kekayaan milik kesultanan yang tak sempat diselamatkan pada masa revolusi sosial. “Banyak orang beranggapan di istana itu ada harta karun, makanya banyak yang mencoba mencarinya,” katanya.
Saat menghadiri peringatan hari Pramuka 10 Agustus 2009 lalu, Gubernur Sumut Syamsul Arifin pernah menyarankan agar istana ini dipugar kembali, sebab keunikan arsitektur istana itu sangat menarik wisatawan untuk berkunjung. Mantan Pj Bupati Labuhanbatu Selatan Sabrina sebelumnya juga pernah berjanji akan mengembalikan bentuk Istana Kota Bahran pada gedung kantor Bupati Labuhanbatu Selatan yang akan dibangun. Sebab untuk mengembalikan istana tersebut kebentuk aslinya cukup sulit. Namun sampai kini rencana menduplikasi arsitektur istana tersebut belum terealisasi. (*)
Tulisan ini dikutip dari Harian Waspada edisi, Sabtu 28/11/2010. (Dengan pengubahan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar